Selama puluhan tahun, ruang kelas identik dengan barisan kursi dan meja yang rapi, menghadap ke papan tulis. Anak-anak duduk diam, menyimak pelajaran, mencatat, dan menjawab soal. depo qris Namun, semakin banyak ahli pendidikan dan psikologi perkembangan anak mulai mempertanyakan: apakah metode ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan alami anak untuk bergerak? Apa jadinya jika sekolah menyingkirkan kursi, dan anak-anak justru belajar sambil bergerak?
Anak Bukan Miniatur Orang Dewasa
Dalam banyak sistem pendidikan tradisional, anak-anak dituntut untuk duduk diam selama berjam-jam setiap harinya. Padahal, secara biologis, anak-anak belum dirancang untuk duduk terlalu lama. Tubuh mereka butuh gerakan, interaksi, eksplorasi, dan keterlibatan fisik agar pikiran tetap aktif.
Para peneliti menemukan bahwa aktivitas fisik sebenarnya meningkatkan konsentrasi dan kemampuan berpikir, bukan sebaliknya. Justru ketika anak duduk terlalu lama, kemampuan fokusnya bisa menurun, apalagi jika dibarengi dengan tekanan dan kurikulum padat.
Contoh Nyata Sekolah yang Menghilangkan Kursi
Beberapa sekolah di dunia sudah mulai bereksperimen dengan konsep “flexible seating” bahkan kelas tanpa kursi permanen. Di beberapa sekolah di Finlandia, Jepang, atau bahkan alternatif learning center di Indonesia, anak-anak bebas memilih belajar di lantai, di bean bag, berdiri, atau sambil bergerak ke stasiun belajar berikutnya.
Kegiatan belajar diintegrasikan dengan permainan, simulasi, proyek kolaboratif, atau praktik langsung yang memungkinkan anak berpindah posisi, berjalan, atau bahkan berlarian ringan.
Manfaat Belajar Sambil Bergerak
-
Meningkatkan Sirkulasi dan Konsentrasi
Gerakan ringan seperti berdiri, berjalan, atau berpindah tempat bisa membantu sirkulasi darah yang mendukung fokus dan kesiapan otak untuk menerima informasi. -
Mendukung Gaya Belajar yang Beragam
Tidak semua anak belajar dengan cara yang sama. Ada yang kinestetik, butuh bergerak untuk memahami materi. Sistem belajar dinamis menjawab kebutuhan ini. -
Menurunkan Kecemasan dan Tekanan Psikologis
Ketika anak tidak dipaksa duduk diam dalam posisi kaku, mereka cenderung lebih rileks, nyaman, dan percaya diri. -
Meningkatkan Interaksi Sosial dan Kerja Sama
Kelas yang tidak kaku memberi ruang lebih banyak untuk kolaborasi, diskusi bebas, dan kerja kelompok.
Tantangan Implementasi
Meski memiliki banyak keunggulan, konsep sekolah tanpa kursi tidak bisa diterapkan sembarangan. Dibutuhkan desain ruang kelas yang mendukung, guru yang siap memfasilitasi kelas dinamis, dan kurikulum yang fleksibel.
Beberapa kekhawatiran juga muncul, seperti bagaimana mengelola kedisiplinan, bagaimana menjaga agar kegiatan tetap fokus, atau apakah semua anak bisa beradaptasi dengan metode seperti ini.
Namun, banyak praktisi pendidikan menyebut bahwa dengan pelatihan yang tepat dan pendekatan yang bertahap, tantangan-tantangan ini bisa diatasi.
Kesimpulan
Sekolah tanpa kursi bukan sekadar soal desain ruang belajar, melainkan tentang bagaimana melihat anak sebagai individu yang aktif, ingin tahu, dan belajar melalui gerakan. Belajar sambil bergerak bukan tren semata, melainkan respons terhadap kebutuhan biologis dan psikologis anak-anak zaman sekarang.
Konsep ini menantang cara berpikir lama dan membuka kemungkinan baru dalam menciptakan ruang belajar yang lebih hidup, inklusif, dan relevan dengan cara anak-anak berkembang secara alami.